Sabtu, 28 September 2013

Antara Konstitusi dan Ayat Suci

Siang ini ada postingan di salah satu group FB yang cukup bagus dan menarik. Membahas isi pidato Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja P. mengenai "Antara Konstitusi dan Ayat Suci". Kurang lebih isinya sebagai berikut : (maaf izin share)

Para hadirin dan undangan, Om Swastiastu, Selamat pagi, salam sejahtera buat kita semua.
pertama-tama saya mengucap terima kasih atas acara yg diselenggarakan ini, Pak Gubernur juga sampaikan mohon maaf , jadi kami kadang2 bagi tugas bapak ibu, ya ini yg kami harapkan, hibah sosial tentu diadakan dlm rangka pembinaan dan pelestarian masing2 budaya kita. Dan kami juga berharap, nanti setiap acara bapak itu, mungkin agendanya, kalendernya mesti tetap, supaya dinas pariwisata bisa menjadikan ini sbg kedalam kalender tujuan wisata. Seperti pawai ogoh2, festival bleganjur spt ini tentu kita harapkan bisa menjadi tempat tujuan wisata. Apalagi kalau lokasinya spt ini kan, turis juga saya kira akan menikmati. Cibubur yg begitu luas, begitu baik, dan tentu saja kita berharap lebih jauh dari itu, Saya yakin kita semua harus mempertahankan iman kepercayaan kita masing2, mempertahankan budaya dan adat kita masing2, tetapi tidak bisa memaksakan kehendak kita terhadap kelompok lain.

Karena itu pendiri bangsa kita, dengan sangat jelas, merumuskannya, semua nilai keyakinan, agama, budaya..kita lebur didalam satu idiologi Pancasila. Jadi tidak benar kalau orang mengatakan, ketika kita bersandar pada pancasila, seolah2 kita adl orang yg tidak beriman., tidak taat kepada ayat suci kita. Banyak orang yg mencap saya, sbg orang yg kurang beriman, krn saya suka mengatakan, didalam bernegara yg saya pegang adl ayat2 konstitusi. Kita punya 4 pilar, Pancasila, UUD’45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, itu begitu jelas…plok..plok..plok (tepuk tangan meriah).

Apakah krn hal itu saya kehilangan iman saya..?? Saya kira tidak, tadi pagi saya masih sempat ke gereja sebelum kesini. Saya masih membutuhkan tuhan, tetapi saya tidak bisa memaksakan ayat2 suci saya kepada bapak2 disini. Jadi kalau saya sebagai wakil gubernur ngotot , saya mau taat kepada ayat suci saya, didalam bernegara ini, saya kira bapak2 dan ibu2 akan menyatakan Bali merdeka saja. Artinya apa, kalau ini semua terus dilakukan, maka yg melakukan inilah penghianat bangsa dan negara. Memecah belah NKRI. Nah hal hal inilah yg perlu kita sadari betul didalam berbangsa dan bernegara.

Saya sendiri, ke gereja saja, kitabnya sama, banyak yg menafsirkan ayatnya berbeda. Hindu juga sama, pasti ada beberapa aliran juga, agama islam juga sama. Kita bisa lihat peristiwa syiah saja bisa jadi masalah di Madura. Jadi kita kalau bisa memaksakan semua kehendak seperti ini, Rusak negara ini. Makanya kita semua sepakat, ini adl kesepakatan yg dibuat oleh para pendiri bangsa ini, yang diperjuangkan dgn darah dan nyawa. Bahwa Nilai2 Luhur agama kita, keyakinan kita, budaya kita, didalam bernegara, kita leburlah didalam 4 pilar ini. Pancasila, UUD’45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Supaya apapun yg terjadi, patokannya tetap itu. Apakah ini lebih tinggi dari ayat suci..?? Tidaak. Justru ayat2 konstitusi menjadi mulia, menjadi sakral karena dibuat dan disepakati berdasarkan ayat2 suci kita masing2. Jadi bukan berarti kita menghianati ayat suci kita.

Tapi ada sekelompok orang yg berpikiran, kalau kita dlm bernegara taat pada Pancasila dan UUD’45, dia merasa itu menghianati ayat suci, maunya dia kita mentaati ayat sucinya dia. Memangnya ayat suci kamu belum dilebur didalam pancasila dan UUD’45 tsb..?? Kalau ada org korupsi, mereka mengatakan itu karena negara berdasarkan konstitusi, bukan ayat suci, makanya korupsi, begitu katanya. Itu satu pemikiran yg sangat bodoh dan kampungan menurut saya. Makanya saya katakan, disinilah panggilan kita saat ini, disamping melakukan pembinaan dan pelestarian budaya, kita berdiri disini untuk mempertahankan konstitusi yg diperjuangkan dgn darah dan nyawa tsb.

Kita tidak bisa lagi bermain2, balik lagi seolah2 masing2 mau menggunakan ayat2 sucinya, karena ayat2 suci anda masing2 itulah yg menjadi bukti didalam kehidupan anda. Percuma anda mengaku berayat suci tapi kelakuannya korup dan memecah belah bangsa ini. Yang dibutuhkan adl kesetiaan thdp konstitusi, kesetiaan terhadap pengorbanan nyawa para pahlawan kita, sehingga bisa ada NKRI hari ini. Bagaimana kita bisa ngotot beragama dan berayat suci, tapi menghianati perjuangan para pejuang/pahlawan kita. Jelas agama manapun tidak pernah mengajarkan itu. Saya sengaja bicara ini karena orang suka mengatakan, saya ini orang yg tidak taat beragama. Saya katakan, saya tidak berani korupsi, karena saya menjadi pejabat di sumpah, tidak boleh korupsi, makanya saya takut sama tuhan. Jadi ketika saya menjalankan konstitusi, ini demi NKRI dan Bhineka Tunggal Ika kita. Tidak bisa memaksakan kehendak saya, tetapi ketika saya tidak menghianati rakyat dan negara, itulah nilai rohani saya. Itu krn saya taat pada ayat2 suci saya, makanya saya tidak berani korupsi. Bukan berarti saya mengatakan bhw ayat konstitusi lebih tinggi drpd ayat suci.

Kalau anda bertanya secara pribadi terhadap saya, saya mutlak 100% percaya pada ayat2 suci saya, tetapi dalam bernegara, saya harus menggunakan ayat konstitusi krn ini kesepakatan kita bersama. Sebagai bangsa yg berbhineka spt ini, itu yg harus kita lakukan. Saya sengaja tegaskan disini, anda punya media, kita punya rekaman, supaya saudara2 kita yg pikirannya sempit dan chaufinis spt itu mulai sadar, bangsa ini bisa ada, bukan diperjuangkan oleh darah atau nyawa sekelompok agama tertentu. Kita semua berbagi didalamnya. Sekarang yang harus jadi pertanyaan kita, “Siapa yg berani mengorbankan diri utk tidak korupsi, belum sampai hilang nyawa, belum mencucurkan darah, hanya tidak korupsi supaya keadilan sosial bisa diwujudkan di indonesia, mari kita tunjukan, mana iman anda, mana budaya anda, mana segalanya yg anda mau lestarikan, utk kita wujudkan disini, disitu saya bisa lihat iman saudara, kalau bicara soal iman, gak usah bicara soal ayat2 suci dulu”. Itu sengaja saya bicarakan disini supaya kita sadar.

Kami sangat senang, dalam hibah tentu ada pembagian2, asal bapak mengajukan yg masuk akal, krn kan bukan Cuma umat hindu yg ada di DKI ini, banyak lagi lainnya, belum lagi forum-forum yg sedikit primordial, banyak sekali di DKI pak, kadang2 saya tidak suka dgn cara2 spt itu, namun yg penting sekarang bagaimana kita jadikan even2 ini, selain pembinaan dan pelestarian budaya, juga sekaligus menjadi tempat tujuan wisata. Biar orang tahu persis, bhw Jakarta inilah tempat pertemuan kita semua, Jakarta inilah wujud dari 4 Pilar yang telah disepakati oleh para pendahulu kita.

Saya kira itu saja dari saya, Selamat berfestival Baleganjur, semoga semua sukses, dan tentu ini tidak hanya utk tahun ini, kita akan jadikan tahunan, agar bisa terus dan lebih kreatif lagi. Saya sepakat dgn yg kita tuakan, pak Putra Astaman, bahwa yang paling penting didunia ini kalau mau menang, kalau mau hidup adl kreativitas. Bali yg begitu luar biasa, terkenal kreativitasnya tentu harus terus dibina, dan dilestarikan. Jadi bukan berarti 75 tahun kita lestarikan pak, ini beda pak, (disambut tawa hadirin), dalam undang2 yg namanya 50 tahun sdh dilestarikan pak, saya sebentar lagi juga sdh dilestarikan pak.

Saya kira itu dari saya, sekali lagi saya ucapkan Selamat, smoga semua berjalan dengan lancar. Dan dengan mengucap syukur kehadirat tuhan yg maha esa, Festival Baleganjur Sejabodetabek ini saya resmikan.


Kamis, 26 September 2013

KGBI - V

Masih tetap lanjutan Indramayu sih sebenarnya. Waktu hari akhir disana tiba-tiba dapat sms dari salah satu kakak angkatan. Dia nawarin buat jadai notulensi di suatu acara. Tepatnya sehari setelah aku sampai Jogja nanti. Kalau di pikir-pikir wah nanti aku gak ada rehat dung kalau nerima tawaran ini. Tapi yasudalah tanpa pikir panjang aku terima tawaranya. Setelah aku Tanya itu acara apa an mas? Acara forum intelektual Indonesia (FII), tempatnya di salah satu hotel di Jogja. Trus, konsep acaranya seperti apa, job desk kun nanti ngapain aja, bla bla bla.

Singkatnya, proses tawar menawar itu rampung.

Akhirnya, hari itu tiba. Pagi-pagi aku berangkat bersama temanku menuju lokasi. Sontak agak terkejut sih gara-gara baca banner acaranya. “Konferensi Guru Besar Indonesia”, Merdeka Kembali Secara Utuh, Menjadi Tuan di Negeri Sendiri, & Amanat Bagi Pimpinan Negara.

Pertama, agak deg-deg an. Gimana enggak, yang datang guru-guru besar semua dan banyak orang-orang penting istilahnya. Tapi setelah di jalanin ya lumayan lah, gak terlalu menegangkan seperti yang ada di bayangan. :D

Meskipun acaranya hanya dua hari tapi aku cukup senang dan bersyukur dapat berpartisipasi dalam acara begituan. Selain dapat nambah ilmu, nambah pengalaman, juga bisa terinspirasi pingin jadi seperti mereka kelak. Amin amin amin.

Tak lupa, di penghujung acara dapat rizki. Alhmdlh. :)


Katanya no picture, Hoaks. Ini nih sedikit dokumentasinya. 









Political Values

        Sekedar pingin share aja materi hari ini. Topic bahasannya adalah political values. Berawal dari study civic culture oleh Almond and Verba. Mereka menawarkan political culture dimana dapat digunakan untuk memahami system politik dan ekonomi yang sedang berkembang. Political culture juga mencerminkan orientasi tindakan politik individu. Lebih lanjut, konsep ini di kembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan lain. Pada intinya, political culture merupakan elemen penting dalam menganalisis masyarakat, terutama perbedaan-perbedaan di antara mereka. Selain itu juga digunakan untuk menjelaskan norma-norma sosial yang berlaku seperti altruism, reciprocity, trust, solidarity, dsb. Political Culture (terdapat berbagai nilai-nilai) à tindakan politik à system politik dan ekonomi.
        Meskipun di tengah-tengah perkembangan mengalami kemunduran karena masyrakat lebih condong ke teori rasional choice. Namun, tak bisa dipungkiri study ini masih tetap relevan untuk digunakan.
        Nilai politik. Nilai adalah sesuatu yang bersifat mendasar dan nilai politik adalah fondasi bagi orientasi perilaku politik seseorang menuju tujuan politik yang diinginkannya. Nilai ini berkembang secara dinamis dan dapat di kategorikan menjadi dua, nilai politik lama dan nilai politik baru.
Nilai politik lama masih berkutat pada perdebatan konsep yang dianggap ideal seperti perdebatan kiri vs kanan, kebebasan vs otoritarianisme, dsb. Sedangkan nilai baru lebih berdimensi post-matrealis. Individu lebih condong bersikap sesuai pengaruh-pengaruh yang dibawa oleh arus modernisasi, globalisasi, welfare state, dsb.
        Intinya bahwa sebuah nilai dasar seperti trust, kebebasan kemanusiaan, dll akan dibentuk sebuah system nilai atau konsepsi. Misalnya konsepsi kebebasan yakni dimana individu di beri keleluasaan untuk memilih. Kemudian, konsepsi ini diturunkan menjadi desain-desain, contoh : hak berpendapat. Konsepsi dan desain menjadi cikal bakal terbentuknya doktrin dalam bentuk isme-isme, misal liberalisme. Di tengah-tengah keduanya terdapat dua bagian, pertama si pembuat doktrin (adam smith, karl marx,dll) dan kedua si penjaga doktrin.
Sehingga, nilai-nilai yang berbeda akan menghasilkan tindakan-tindakan politik yang berbeda, sesuai dengan turunan yang dihasilkan.
        Pertanyaanya kemudian, apakah nilai lama akan tegantikan oleh nilai baru atau bahkan saling bersaing/ saling melengkapi/ masing-masing tetap hidup? dan bagaimana konteks yang ada di Indonesia sekarang?
Keberadaan nilai lama atau nilai baru sebenarnya ada beberapa kemungkinan.
Pertama, jika dilihat dari study post struktural, terdapat sebuah mimikri dalam hubungannya anatara nilai baru dan lama. Keduanya dapat membentuk suatu nilai baru à hybrid. Contoh, system jaminan sosial. Berawal dari study barat mengenai welfare state dimana pemerintah wajib memberikan jaminan sosial dasar kepada seluruh WN dan dalam implementasinya pemerintah menggunakan azas nilai lokal seperti solidarity, altruism.
Kedua, bisa terjadi pertarungan di antara keduanya. Misalnya, pertarungan antara patriarki vs feminis. Keduanya memiliki cara pandang yang sangat berbeda mengenai posisi antara laki-laki dan perempuan. Sehingga, menjadi perdebatan yang terus berkelanjutan.
Terakhir, nilai lama tidak harus digantikan nilai baru. Misalnya, sekarang tidak lagi memperdebatkan kiri vs kanan secara intens melainkan lebih condong ke isu-isu kontemporer. Misalnya, isu ekologisme yang terbagi menjadi tiga bagian. Intinya ada yang menganggap hutan dapat digunakan untuk kepentingan publik dan sebagian lagi beranggapan bahawa hutan itu tidak boleh di otak-atik oleh siapapun, dsb.

Indramayu Part #2

   Setelah sampai Cirebon, kita di jemput sama pak Udin untuk melanjutkan perjalanan ke Indramayu. Awalnya sih pak Udin biasa-biasa aja tapi tunggu cerita selanjutnya di next day.

     Tak lupa kita mampir dulu nih buat cicipin namanya nasi jamblang khas Cirebon. Katanya paling terkenal adalah nasi jamblang Bu Nur. Oke, kesanalah kita dan emang benar-benar sedap makanannya.
Nih, gambarnya : 



   Setelah makan, kita segera bergegas menuju rumah induk semang kita. Tepatnya di daerah Sleman, indramayu. Sesampai disana ishoma bentar dan kemudian lanjut briefing serta persiapan buat besok. Hari pertama kita memang gak berani buat begadang karena besok sudah mulai bekerja seharian. Jadi, habis briefing dan persiapan kita langsung tidur.

    Sekitar pukul lima pagi, kita semua sudah mengantre buat mandi. Air disana kebetulan agak terasa lengket namun untungnya rumah ibu yang kita tinggali ada dua macam. Jadi, ada kamar mandi yang pakai air sumur da nada yang pakai air PAM. Makanya, semua pada antre di KM yang memakai air PAM, lebih bersih.

   Pukul 07.30, kita berangkat menuju lapangan.  Hari pertama kita menuju desa majasari yang lokasinya tidak jauh dari penginapan. Kesan di hari pertama kita masih agak canggung dan perlu banyak evaluasi entah tentang system cari respondennya, cara penyampaian kuesioner, masalah coding, dsb. Hari kedua kita menuju desa sliyeg. Salut banget, meskipun di desa mayoritas rumah-rumah disana bagus dan bergaya modern minimalis. Proses penelitian di hari kedua ini agak lebih baik daripada kemarin.

    Selanjutnya, di hari ketiga kita menuju desa sliyeg lor. Letaknya tidak jauh beda dari yang kemarin dan Alhamdulillah hari itu berjalan cukup baik. Meskipun kita selalu pulang malam, di hari ketiga tidak terasa terlalu capek. Mungkin udah mulai terbiasa.

    Hari keempat, kita ke desa yang paling dekat atau berbatasan langsung dengan PERTAMINA Balongan yakni desa majakerta. Orang-orang disana tak kalah ramah dengan warga-warga sebelumnya. Apalagi salah satu respondeku bener-bener baik banget. Bukan aku yang cari responden tapi responden itu yang nyamperinku langsung. Udah di kasih minum, disuruh istirahat-istirahat dulu, dsb. Kebetulan hari itu da Sandiwara (hiburan bagi masyarakat). Jadi, suasana di desa waktu itu cukup ramai. Tak lupa kita membeli produk usaha masyarakat sana seperti kripik bongol pisang dan sirup mangga sebagai oleh-oleh.

   Terakhir, kita menuju desa juntinyuat dan juntiweden. Masyarakat disana cukup bagus dalam mengelola CBO. Terbukti, uang yang di gelontorkan oleh T ifa tidak menjadi sumber konflik baru tetapi justru bermanfaat sebagai modal simpan pinjam untuk membuka usaha-usaha. Salah satu pengurus sana yang bernama mbak Mutia juga cukup telaten dalam mengajak dan membantu masyarakat untuk tergabung dalam program tersebut.

    Di siang harinya, kita kebetulan ikut supervisor mbak iim ke kantor dinas perindustrian. Sambil menunggu beliau, kita mencari oleh-oleh khas indramyu. Nah, pas perjalanan ini ni si pak udin mulai betingkah. Busyet, kalau di simpulin dia orangnya selo abis.

    Ceritanya, dia punya istri tiga. Istri pertama jadi TKI dan nikah lagi sama istri kedua. “ emang di bolehin pak nikah lagi sama istri pertama?”. Ya boleh gak boleh ya nikah aja mbak :#!@. Kemudian, istri kedua juga menjadi TKI. Masih ditinggal dua bulan udah nikah lagi sama istri tiga. Masyaallah! “emang mereka gak pada berantem pak?”. Ya berantem biarin aja, cari lagi #!%@.

    Pas nyampek alun-alun, si pak udin nya bilang. Disini ni mbak biasanya kalau malam di pakai kumpul para gigolo. “loh, bapak kok tahu?”. Ya tau lah. “Berarti bapak juga itu dung?”. Yaaa..(sambil ngeles). haduh, pokoknya hanya satu ni orang kayak dia. Masalah apapun sampai kehidupan pribadinya dijalanin dengan santai tanpa beban men.


Sebenarnya masih banyak lagi cerita-cerita atau pengalaman selama disana tapi cukup sekian lah. Byeeee…

Sabtu, 14 September 2013

Indramayu Part #1

Kamis, 5 September 2013 kita (Iis, Hella, Irene, dan Fitri) bergegas menuju stasiun Lempunyangan. Tepat pukul 07.15 kereta yang kita tumpangi melaju menuju Cirebon. Meskipun tujuan kita adalah Indramayu tetapi kebetulan tidak ada kereta yang berhenti tepat disana. Banyak harapan dan do’a sebelum kita berangkat menuju lapangan. Tak lupa kita mengulang materi dalam training kemarin agar lebih faham.

     AC dalam kereta saat itu cukup dingin. Kemudian, kita berempat berencana untuk tidur. Tak lama kemudian ada petugas-petugas pembawa bantal. Di sewa lah bantal itu oleh mbak Hella. “ wah, terlalu cakep mas yang membawa bantal, “ kata mbak hella. Tapi kita semua gak ada yang merespon kata-kata tersebut. Setelah mas nya balik, mbak hella ngomong lagi seperti itu dan kita semua jadi penasaran. Walhasil, memang bener. Emang gila, mas nya ganteng bet. :D

       Bukan kita aja yang heboh tapi penumpang-penumpang lain juga heboh pada waktu itu, termasuk para petugas-petugas lain yang kebetulan duduk di belakang kita. Celotehan demi celotehan menuju ke mas-mas ganteng tadi. Sampai pada akhirnya kita sempat berfoto bareng dengan dia. 

     Dari mas-mas pembawa bantal berubah menjadi pengantar makanan. Banyak penumpang yang tidak memesan makanan ke petugas bagian makanan tapi pada berebut pesen ke si ganteng. Oh my god. Double job ceritanya. Apalagi pada ngerjain kalau pesen makanan harus yang buat mas gantengnya, yang anterin juga mas gantengnya. Haha

        Memang kerjaanya harus mondar-mandir ya di dalam kereta, jadi setiap lewat gerbong kita pada ngecengin dia. Ada yang bilang, mas kenapa gak jadi pramugara pesawat aja? Atau daftar model aja mas pasti laku. Haduh, ngapain mas kerja disini. Jangan-jangan mas menyamar ya kayak di tipi-tipi yang aslinya orang kaya tapi pura-pura kerja gini,hehe. Masih banyak kata-kata yang di lontarkan ke dia dan yang paling bikin syok adalah ternyata dia baru lulus SMA kemarin coba. Busyet, masih anak-anak banget (sok tua :p).

     Sesampai di tujuan, gak nyangka banget ya ketika kita turun hampir seluruh petugas dalam KA ikut turun buat kasih selamat jalan ke kita. Wow!! Yah termasuk si ganteng nyalamin kita semua dan bilang hati-hati ya. Ow, ow, ow.

            

Berkah September :)

            Rasanya sudah lama gak bercuap-cuap di blog. Bukan maksud malas nulis atau apa. Namun ada sesuatu yang menyibukkan ku sampai gak ada waktu buat nge-blog, hehe. Yup, di awal semester lima ini aku mendapatkan tawaran menarik dari seorang alumni Sintesa. Tawarannya yakni menjadi Enumerator. Tanpa berfikir panjang aku langsung menerimanya karena hal ini yang aku tunggu-tunggu dari dulu. Mencoba belajar menjadi seorang peneliti. Meskipun di kampus sedikit banyak di pelajari dan di praktek kan tapi menurutku itu masih sangat kurang banget. So, aku menerima tawaran itu.

            Lebih gak nyangkanya ternyata mendapatkan gaji yang cukup banyak bagi kantong mahasiswa. Selain itu, para enumerator di bagi ke beberapa daerah. Ada yang ke Banyuwangi, Cilacap, dan Indramayu. Kebetulan aku dapat lokasi yang di Indramayu. Seneng banget, soalnya seumur hidup belum mengenal daerah sana dan sekitarnya.

            Oke, kegiatanya dilaksanain selama 6 hari. Kita berangkat dari Jogja menuju Indramayu dengan menggunakan jasa Kerete Api. Banyak sekali pengalaman-pengalaman dan cerita dalam kegiatan ini. Terutama teman-teman Enum dan Supervisornya. T-O-P banget dah mereka! miss you all.

            Setelah melewati beberapa hari disana tanpa jeda ada tawaran lagi buat jadi notulensi. Lagi-lagi aku juga suka bidang ini. So, meskipun capek tetap aku terima tawaranya. Esok hari setelah sampai Jogja, aku langsung cabut buat ke acara selanjutnya. Tempatnya di hotel Inna Garuda Yogyakarta dan berlangsung selama dua hari. Alhamdullillah setelah selesai acara juga mendapatkan cukup gaji.

Nah, semoga selanjutnya ada tawaran-tawaran lagi buat nambah banyak pengalaman. I hope!!!
Thank’s God ^_^


Minggu, 01 September 2013

Menguak Dusta Greenpeace

Greenpeace. You know Greenpeace? Ya, Sebuah organisasi lingkungan global yang berdiri di Kanada tahun 1971 silam. Awalnya, mereka mengusung misi pelestarian lingkungan hidup. Namun, sejak 1980-an organisasi ini mulai membelokkan arah gerakannya. Banyak kalangan menilai para aktivisnya tidak lagi menjalankan misinya namun ditunggangi oleh kepentingan lain. Terlebih ketika mendirikan kantornya di Jepang 1989. Kehadirannya di Asia disinyalir untuk menekan Negara-negara berkembang, khususnya Indonesia dan Filipina.

Kampanye yang bersifat menekan pun mulai gencar dilakukan sejak tahun 2000  an. Menurut kalangan pengamat, kampanye yang dilakukan bergeser pada kepentingan politik. Pemicunya berupa persaingan bisnis yang terjadi antara Negara berkembang dan Negara maju di Eropa dan Amerika.

Kedok Greenpeace mulai  terungkap setelah mantan direkturnya yaitu Patrick Moore melemparkan kritik tajam yang di muat dalam artikel “why I left Greenpeace”. Ia mengatakan, Greenpeace lebih mengedepankan kepentingan politik daripada objektivitas berbasis ilmiah. Misalnya, mengkampanyekan larangan penggunaan klorin di seluruh dunia. Padahal, ilmu pengetahuan membuktikan klorin penting untuk kesehatan dan tidak ada resiko kesehatan yang ditimbulkan.

Kampanye itu pun gagal dan ia memiliki target baru yang disebut ftalat. Sebuah senyawa yang membuat plastik menjadi lentur. Bahan ini telah digunakan dalam produk sehari-hari selama puluhan tahun dan lagi-lagi tidak terbukti merugikan manusia. Namun demikian, kampanye yang mengabaikan sains telah menekan berbagai perusahaan dan masyarakat untuk menolak penggunaan zat tersebut. Toko-toko sepertu Wal-Mart dan Toys R beralih bebas ftalat untuk menghindari tekanan publik.

Moore juga mengatakan, kampanye yang menakut-nakuti dapat mengalihkan perhatian publik dari masalah lingkungan yang sebenarnya. Kita semua bertanggungjawab menjadi penjaga lingkungan. Namun tanggungjawab tersebut memerlukan dukungan dan bukti ilmiah, bukan hanya menuruti agenda si pembuat kampanye yang disinyalir berlatar belakang pebisnis.

Di Indonesia, Greenpeace juga melakukan tekanan dengan mendesak pemerintah Indonesia membatalkan rencana pembangunan PLTU bertenaga batubara. Alasanya, “ polusi udara dari pembakaran batubara merusak mata pencaharian, menurunkan panen dan memberi dampak buruk pada tangkapan ikan. Batubara merupakan kutukuan bagi masyarakat sekitar tambang batubara dan dibawah bayang-bayang PLTU bertenaga batubara. Membakar batubara  juga mempercepat perbuahan iklim. Indonesia termasuk Negara paling rentan dalam menghadapi perubahan iklim, “ kata juru kampanye Greenpeace.

Anehnya, banyak Negara maju seperti Jepang, Korea, negara-negara Eropa dan Amerika juga menggunakan batubara Indonesia tetapi tidak pernah ada laporan atau info seperti yang disampaikan Greenpeace. Karenanya, Dirut PLN Dahlan Iskan merasa adanya “tebang pilih”. Dia mendesak agar tidak hanya Indonesia yang dilarang tapi serentak di seluruh dunia.

Selain di sektor pembangunan, Greenpeace juga menekan Indonesia di sektor lain yakni dengan dalih merusak hutan. Greenpeace berteriak-teriak di luar negeri untuk meminta agar perusahaan asing (KFC, Carrefour,dll) memboikot produk kertas asal Indonesia. Sedemikian berani ‘mendikte’ pemerintah dan terus-menerus berteriak ini salah, itu salah tanpa memberikan solusi.

Anehnya lagi, Greenpeace belum pernah sekalipun memprotes Freeport yang nyata-nyata telah merusak lingkungan di Papua. Begitupun dengan Amerika dan Uni Eropa yang enggan menurunkan emisi di negaranya. Greenpeace telah bungkam.

Menurut Ian Lifshitz (kolumnis AS), apa yang dilakukan Greenpeace tidak terlepas dari semakin ketatnya persaingan global di bidang bisnis hasil pertanian dan kehutanan. Dan bukan rahasia lagi jika NGO itu mendapatkan dana dari sejumlah korporasi. Pernyataan ini di dukung badan organisasi pangan dunia (FAO) yang menyatakan banyak Negara termasuk Indonesia yang mengembangakan produk kehutanan dengan berlandaskan pembangunan berkelanjutan. Namun hal itu terabaikan. Bahkan, kini semakin banyak peraturan pasar yang didorong atas inisiatif korporasi, bukan oleh pemerintah, misalnya WTO.

Ketua asosiasi pengusaha Indonesia (Apindo) Sofyan curiga adanya “udang dibalik batu” pada sikap Greenpeace. Dia curiga pengusaha asing  yang produknya kalah bersaing dengan produk Indonesia memanfaatkan LSM Greenpeace untuk melakukan kampanye hitam guna menjatuhkan produk dalam negeri dengan dalih kelestarian lingkungan terancam.

Pesatnya perkembangan industri minyak sawit di Negara-negara Asia, terutama Indonesia, dianggap sebagai kompetitor berbahaya bagi bisnis minyak jagung, minyak kedelai, dan minyak nabati lain yang diproduksi Negara maju. Dalam kampanyenya, Greenpeace menyatakan ekspansi kelapa sawit dan pulp and paper menyebabkan perusakan hutan dan lahan gambut Indonesia serta menyebabkan orang hutan terancam punah.

Upaya tersebut berhasil mendapat respon dari Nestle, Unilever, Kraft, dan Burger king untuk menghentikan pasokan minyak sawit dari Indonesia. Bahkan perbankan asing seperti HSBC telah menghentikan kucuran kredit kepada pengusaha sawit nsional juga karena pressure dari Greenpeace.

Kampanye tersebut sebenarnya memang dititipi muatan kepentingan bisnis. Dari statemennya jelas terlihat bahwa pokok persoalannya bukan pada kerusakan hutan, punahnya orang utan atau pemanasan global tapi pada sawitnya. Komoditas ini menjadi sasaran tembak mereka, dengan tujuan agar pemerintah Indonesia menghentikan pengembangan sawit, sehingga tidak bisa bersaing di tingkat global.

Bahkan data yang dijadikan dasar kampanye bukan data hasil penelitian, tapi hanya berupa data investigasi yang sebenarnya sangat subyektif. Investigasi itu tergantung investigatornya, kemana ia mau mengarahkan. Kalau penelitian, tidak bisa diarahkan karena metodologinya jelas dan jauh lebih obyektif. Sehingga
Masih banyak lagi berbagai tudingan yang diarahkan kepada Indonesia. Hal tersebut jelas telah merugikan iklim ekonomi di negeri ini. Tudingan tesebut mau tidak mau akan berdampak pada menurunnya angka ekspor, khusunya ke Negara maju.

Umumnya, Negara-negara yang mempermasalahkan kondisi lingkungan adalah Negara maju. Isu lingkungan kerapkali dijadikan alat oleh Negara maju untuk menekan Negara-negara berkembang. Akibatnya, Negara berkembang selalu menghadapi kendala untuk mengembangkan potensinya.

Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa tidak ada satu pun LSM asing yang tidak membawa muatan nilai-nilai aktivitasnya di Indonesia, termasuk Greenpeace. Greenpeace sendiri bisa dikatakan LSM asing yang merupakan invisible devils, setan-setan yang tidak kelihatan dari luar. Keberadaanya perlu diaudit karena ditengarai merugikan kepentingan nasional. Audit tersebut akan membuka secara transparan siapa yang memberikan dana kepada Greenpeace dan apakah donator itu mempunyai kepentingan untuk menjatuhkan citra produk Indonesia.

Terlebih segala kegiatan penelitian apapun yang menyangkut Indonesia, harus mengikuti peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia dan tidak boleh menggunakan indikator luar negeri. Artinya, indikator yang dipakai luar negeri tidak semena-mena langsung diterapkan di negeri ini. Penelitian harus dibantah dengan penelitian.

Sumber : Hidayatullah, S., 2010, Menguak Dusta Dusta Greenpeace. Yayasan silaturahmi wartawan otonomi (SWOT).