Sekedar
pingin share aja materi hari ini. Topic bahasannya adalah political values.
Berawal dari study civic culture oleh Almond and Verba. Mereka menawarkan
political culture dimana dapat digunakan untuk memahami system politik dan
ekonomi yang sedang berkembang. Political culture juga mencerminkan orientasi
tindakan politik individu. Lebih lanjut, konsep ini di kembangkan oleh
ilmuwan-ilmuwan lain. Pada intinya, political culture merupakan elemen penting
dalam menganalisis masyarakat, terutama perbedaan-perbedaan di antara mereka.
Selain itu juga digunakan untuk menjelaskan norma-norma sosial yang berlaku
seperti altruism, reciprocity, trust, solidarity, dsb. Political Culture (terdapat berbagai
nilai-nilai) à tindakan politik à system
politik dan ekonomi.
Meskipun di tengah-tengah perkembangan
mengalami kemunduran karena masyrakat lebih condong ke teori rasional choice.
Namun, tak bisa dipungkiri study ini masih tetap relevan untuk digunakan.
Nilai politik. Nilai adalah sesuatu yang
bersifat mendasar dan nilai politik adalah fondasi
bagi orientasi perilaku politik seseorang menuju tujuan politik yang
diinginkannya. Nilai ini berkembang secara dinamis dan dapat di kategorikan
menjadi dua, nilai politik lama dan nilai politik baru.
Nilai politik lama masih berkutat pada
perdebatan konsep yang dianggap ideal seperti perdebatan kiri vs kanan,
kebebasan vs otoritarianisme, dsb. Sedangkan nilai baru lebih berdimensi
post-matrealis. Individu lebih condong bersikap sesuai pengaruh-pengaruh yang
dibawa oleh arus modernisasi, globalisasi, welfare state, dsb.
Intinya bahwa
sebuah nilai dasar seperti trust, kebebasan kemanusiaan, dll akan dibentuk
sebuah system nilai atau konsepsi. Misalnya konsepsi kebebasan yakni dimana
individu di beri keleluasaan untuk memilih. Kemudian, konsepsi ini diturunkan
menjadi desain-desain, contoh : hak berpendapat. Konsepsi dan desain menjadi
cikal bakal terbentuknya doktrin dalam bentuk isme-isme, misal liberalisme. Di
tengah-tengah keduanya terdapat dua bagian, pertama si pembuat doktrin (adam
smith, karl marx,dll) dan kedua si penjaga doktrin.
Sehingga, nilai-nilai yang berbeda akan menghasilkan
tindakan-tindakan politik yang berbeda, sesuai dengan turunan yang dihasilkan.
Pertanyaanya
kemudian, apakah nilai lama akan tegantikan oleh nilai baru atau bahkan saling
bersaing/ saling melengkapi/ masing-masing tetap hidup? dan bagaimana konteks
yang ada di Indonesia sekarang?
Keberadaan nilai lama atau nilai baru sebenarnya ada
beberapa kemungkinan.
Pertama, jika dilihat dari study post struktural, terdapat
sebuah mimikri dalam hubungannya anatara nilai baru dan lama. Keduanya dapat
membentuk suatu nilai baru à
hybrid. Contoh, system jaminan sosial. Berawal dari study barat mengenai
welfare state dimana pemerintah wajib memberikan jaminan sosial dasar kepada
seluruh WN dan dalam implementasinya pemerintah menggunakan azas nilai lokal
seperti solidarity, altruism.
Kedua, bisa terjadi pertarungan di antara keduanya.
Misalnya, pertarungan antara patriarki vs feminis. Keduanya memiliki cara
pandang yang sangat berbeda mengenai posisi antara laki-laki dan perempuan.
Sehingga, menjadi perdebatan yang terus berkelanjutan.
Terakhir, nilai lama tidak harus digantikan nilai baru.
Misalnya, sekarang tidak lagi memperdebatkan kiri vs kanan secara intens
melainkan lebih condong ke isu-isu kontemporer. Misalnya, isu ekologisme yang
terbagi menjadi tiga bagian. Intinya ada yang menganggap hutan dapat digunakan
untuk kepentingan publik dan sebagian lagi beranggapan bahawa hutan itu tidak
boleh di otak-atik oleh siapapun, dsb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar