Kamis, 26 September 2013

Political Values

        Sekedar pingin share aja materi hari ini. Topic bahasannya adalah political values. Berawal dari study civic culture oleh Almond and Verba. Mereka menawarkan political culture dimana dapat digunakan untuk memahami system politik dan ekonomi yang sedang berkembang. Political culture juga mencerminkan orientasi tindakan politik individu. Lebih lanjut, konsep ini di kembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan lain. Pada intinya, political culture merupakan elemen penting dalam menganalisis masyarakat, terutama perbedaan-perbedaan di antara mereka. Selain itu juga digunakan untuk menjelaskan norma-norma sosial yang berlaku seperti altruism, reciprocity, trust, solidarity, dsb. Political Culture (terdapat berbagai nilai-nilai) à tindakan politik à system politik dan ekonomi.
        Meskipun di tengah-tengah perkembangan mengalami kemunduran karena masyrakat lebih condong ke teori rasional choice. Namun, tak bisa dipungkiri study ini masih tetap relevan untuk digunakan.
        Nilai politik. Nilai adalah sesuatu yang bersifat mendasar dan nilai politik adalah fondasi bagi orientasi perilaku politik seseorang menuju tujuan politik yang diinginkannya. Nilai ini berkembang secara dinamis dan dapat di kategorikan menjadi dua, nilai politik lama dan nilai politik baru.
Nilai politik lama masih berkutat pada perdebatan konsep yang dianggap ideal seperti perdebatan kiri vs kanan, kebebasan vs otoritarianisme, dsb. Sedangkan nilai baru lebih berdimensi post-matrealis. Individu lebih condong bersikap sesuai pengaruh-pengaruh yang dibawa oleh arus modernisasi, globalisasi, welfare state, dsb.
        Intinya bahwa sebuah nilai dasar seperti trust, kebebasan kemanusiaan, dll akan dibentuk sebuah system nilai atau konsepsi. Misalnya konsepsi kebebasan yakni dimana individu di beri keleluasaan untuk memilih. Kemudian, konsepsi ini diturunkan menjadi desain-desain, contoh : hak berpendapat. Konsepsi dan desain menjadi cikal bakal terbentuknya doktrin dalam bentuk isme-isme, misal liberalisme. Di tengah-tengah keduanya terdapat dua bagian, pertama si pembuat doktrin (adam smith, karl marx,dll) dan kedua si penjaga doktrin.
Sehingga, nilai-nilai yang berbeda akan menghasilkan tindakan-tindakan politik yang berbeda, sesuai dengan turunan yang dihasilkan.
        Pertanyaanya kemudian, apakah nilai lama akan tegantikan oleh nilai baru atau bahkan saling bersaing/ saling melengkapi/ masing-masing tetap hidup? dan bagaimana konteks yang ada di Indonesia sekarang?
Keberadaan nilai lama atau nilai baru sebenarnya ada beberapa kemungkinan.
Pertama, jika dilihat dari study post struktural, terdapat sebuah mimikri dalam hubungannya anatara nilai baru dan lama. Keduanya dapat membentuk suatu nilai baru à hybrid. Contoh, system jaminan sosial. Berawal dari study barat mengenai welfare state dimana pemerintah wajib memberikan jaminan sosial dasar kepada seluruh WN dan dalam implementasinya pemerintah menggunakan azas nilai lokal seperti solidarity, altruism.
Kedua, bisa terjadi pertarungan di antara keduanya. Misalnya, pertarungan antara patriarki vs feminis. Keduanya memiliki cara pandang yang sangat berbeda mengenai posisi antara laki-laki dan perempuan. Sehingga, menjadi perdebatan yang terus berkelanjutan.
Terakhir, nilai lama tidak harus digantikan nilai baru. Misalnya, sekarang tidak lagi memperdebatkan kiri vs kanan secara intens melainkan lebih condong ke isu-isu kontemporer. Misalnya, isu ekologisme yang terbagi menjadi tiga bagian. Intinya ada yang menganggap hutan dapat digunakan untuk kepentingan publik dan sebagian lagi beranggapan bahawa hutan itu tidak boleh di otak-atik oleh siapapun, dsb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar