Kamis, 29 Agustus 2013

Trip to Solo

       Sekitar beberapa bulan lalu tepatnya pas bulan puasa, kita ceritanya bangun pagi-pagi buat ngejar kereta tujuan Solo. Alasan mau kesana karena ada titipan untuk membeli barang di pusat grosir solo (PGS). 

PGS

       Kita berangkat dari stasiun Lempuyangan, Jogja, sekitar pukul 05.30 dan sampai Solo sekitar 06.30. Setelah bertanya-tanya ternyata PGS buka jam 09.00. Wah gaswat, nunggu berapa jam lagi ini.

      Next, di samperin lah sama bapak-bapak becak buat keliling di daerah situ. Tepatnya ke alun-alun, keraton, museum, dan kampung batik. Setelah sedikit berfikir, akhirnya kita mutusin untuk berkeliling sambil nunggu PGS buka.

         Rute awal di alun-alun. Yah, kesan pertamanya “kok hampir mirip kayak alun-alun jogja ya?” Cuma bedanya disana agak sepi dan sedikit gersang. Tapi kata bapak becaknya kalau malam rame apalagi kalau ada event-event tertentu. Satu lagi yang bikin unik, disana kita ngasih makan Kebo atau bahasa indonesianya Kerbau. Itu bukan kerbau biasa loh. Ceritanya, dulu ada kebakaran hebat di keraton Surakarta dan gak henti-henti. Tiba-tiba muncul kerbau dan kebakaran itu langsung sirna. Akhirnya raja memerintahkan untuk memelihara kerbau tersebut hingga beranak-pinak sampai sekarang.


       Kemudian kita menuju museum plus keraton Surakarta. Kita melewati beberapa gang setapak dan perkampungan yang cukup asri dan indah. Tak lupa sebelum melanjutkan perjalanan kita foto di depan bangunan yang gak asing banget buat semua orang. ini dia bangunannya (tau kan :) )
                                                          



                                     

          Sesampai di museum ternyata masih tutup. Beruntung pak penjaganya baik, so kita diperbolehkan masuk. Wow, kesan pertamanya horror banget cz masih sepi. Belum ada pengunjung lain selain kita berdua.  Hanya terlihat beberapa pegawai yang sedang menyapu. Suasana semakin horror (bagiku) ketika memasuki ruangan demi ruangan yang sedikit gelap dan hanya diterangi lampu yang berwarna kuning itu.

       Eits, tiba-tiba ada bapak-bapak yang manggil. “Mas, mbak, jangan keliling museum dulu. Lebih baik lihat keraton dulu di belakang. Tapi kebetulan masih dibersihkan dan jangan lupa yang pakai sandal harus di lepas.” Oh, iya pak, jawab kami.


         Setelah itu, mulai deh satu persatu ruangan, benda, dll yang ada di museum kita lihat satu persatu. 



           Ada sesuatu yang agak aneh ketika melewati kereta. Tiba-tiba ada bunyi entah berasal darimana. Padahal tidak ada satu orangpun kecuali kita di ruangan tersebut. OMG. -,-


  Hah, akhirnya habis tegang-tegang. Saatnya kita meluncur ke kampung batik. Haduh, tuh kan jadi kebimbang mau beli apa aja. Habis harganya cukup miring. Padahal di PGS katanya juga tak kalah miring harganya. Oke, acara milih-milih batik selesai. Kita langsung cus ke PGS.

         Suasana disana cukup ramai dan padat. Di tambah lagi si Syafril lupa letak toko yang harus di samperin. Walhasil, kita naik turun tangga dan keliling mencari. Sampai-sampai badan bener-bener lemas capek. Yes, akhirnya ketemu juga tokonya dan langsung buru-buru beli. Tak lupa beli buat kita berdua juga. (y)

          Dari PGS kita nge-becak lagi buat ke stasiun. Kali ini kita naiknya dari stasiun Balapan Solo. Wah, stasiun yang di lagu-lagu itu. Baru pertama kali gewe ke stasiun ini, hehe. Sampai dalam kereta agenda selanjutnya adalah…Teparrr…

            Bye Solo....

Selasa, 27 Agustus 2013

Wisuda


Hemm… wisuda ya? Udah wisuda lu? Wah keren. Selamat ya. Wah habis ini rencananya ngapain. Kerja, kuliah lagi, nikah (wow), ato nganggur (busyet, jangan sampek deh. Astghfrlh!!!)

Begitu banyak ucapan juga pertanyaan-pertanyaan yang menghampiri para wisudawan dan wisudawati. Entah bagaimana caranya mereka menanggapi satu-satu.

Ritual wisudaan di kampus sudah menjadi agenda rutin tahunan. Biasanya dilaksanain empat bulan sekali yakni bulan November, Januari, Mei, dan Agustus.

Dan hari ini gewe menghadiri upacara wisudaan kakak-kakak tingkat. GSP yang biasanya gak terlalu rame, hari ini full alias padet banget sama lautan manusia #lebay. Aku dan temen-temen sudah nyiapin rangakain bunga sebagai ucapan selamat kepada kakak-kakak tingkat yang lulus. Begitu juga peserta lain yang sudah bersiap menyambut para wisudawan yang keluar dari gedung tersebut.

Rasanya merinding banget, ngeliat mbak-mbak dan mas-mas di wisuda. Belum lagi para sanak saudaranya yang datang dengan suka cita menyambut mereka. Tak ketinggalan para penjual bunga, penjual makanan/minuman, dan tukang foto ikut memeriahkan acara tersebut.

Bagi para mahasiswa yang datang tadi pasti banyak unek-unek dan banyangin bagaimana jika mereka wisuda kelak. Termasuk yang nulis ini, hehe. Akhirnya, pas acara selesai unek-unek tersebut sedikit banyak mereka keluarin. Ada yang bilag :

-          “Aku gak mau lulus cepet-cepet, orang masuk UGM aja susah :3”
-          “Kalau kalian lulus mau ngapain? Kerja ya gak gampang. Nikah mana jodohnya,haha”
-          “Kalau aku lulus pingin makek selendang yang kuning itu (cumlaude), pasti bangga”
-          “Nanti kalalu aku lulus, sanak saudara di medan bakalan kesini semua guys. Oh, God!”
-          “Lebih baik mafaatin betul status mahasiswamu itu, sebelum kamu bener-bener terjun ke dunia nyata. Banyakin pengalaman-pengalaman!”

Yah… whatever lah.

Yang jelas aku punya harapan. Sebelum upacara wisudaan nanti. Pinginnya sudah punya ancer-ancer (bahasa apaan ini) pekerjaan yang insyallah aku bisa ketrima. Terus, di dampingin sang pendamping hidup ketika upacara wisudaan kelak :D. amin amin amin ya allah…

Masalah pakai selendang kuning atau enggak itu urusan nanti. Terpenting adalah aku paham dan mengerti betul ilmu yang telah aku pelajarin. Dan terpentingnya lagi adalah aku siap menghadapi kehidupan selanjutnya. #Hope

Cantik 

5 CM

Pertama kali baca judul film ini, pasti semua orang bertanya-tanya. Apa ya yang dimaksud 5  CM? apakah sebuah benda berukuran 5 CM? atau hal-hal lain?


Film 5 CM ini bercerita tentang perjalanan mendaki gunung Semeru. Semua berawal dari tantangan yang di ajuin oleh Genta. Oya, diriku belum ngenalin pemain-pemainya. Ada Genta, Zafran, Gendut, Pevita, Reyani, dan Arial. Singkat cerita mereka telah menjalin persahabatan sejak lama dan ingin melakukan suatu hal yang berbeda. Yup, suatu hal berbeda itu adalah mendaki gunung.



Selain ingin mendaki, mereka juga ingin mengibarkan sang saka merah putih di puncak tertinggi jawa tepat pada tanggal 17 Agustus (wah, keren!!). Sebuah perjalanan yang penuh perjuangan ini tidak hanya sekedar menguji adrenalin atau menikmati keindahan alam. Tetapi  juga perjuangan hati. Hati untuk mencintai persahabatan yang erat dan hati yang mencintai negeri ini.

Segala rintangan dapat mereka hadapi karena mereka memiliki impian. Impian yang ditaruh 5 CM dari depan kening.

Ini dia daerah-daerah yang dilewati :
1. Ranukumbolo

2. Tanjakan cinta


3. Puncak Mahameru


4. Samudra awan


Gilaaaa.. semua pemandangannya keren bet!!!!! Subhanallah…..

            Di sela-sela nonton film ini, aku jadi tertarik buat nyobain mendaki gunung. Beberapa teman juga sering nawarin tapi aku masih ragu. Takut ngrepotin cz gampang capek, khawatir kalau ntar gini gitu, dll. Jadi, harus nyiapin fisik dulu plus mental dan badget juga. :D

            Terakhir, ada beberapa cuplikan dialog di 5 CM yang cukup bagus :

-          yang bisa dilakukan seorang makhluk bernama manusia terhadap mimpi-mimpi dan keyakinannya adalah mereka hanya tinggal mempercayainya….”

-           “saya akan mencintai tanah air ini seumur hidup saya. Saya akan menjaganya dengan apapun yang saya punya. Saya akan menjaga kehormatannya seperti saya menjaga kehormatan diri saya sendiri. Seperti saya terus menjaga mimpi-mimpi saya terus hidup bersama tanah air ini. Yang berani mencela Indonesia, ribut ama gua!!!”

-          “Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih banyak dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas. Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya. Serta mulut yang akan selalu berdo’a."


Kamis, 22 Agustus 2013

H-2 Jogja

Perasaan liburan semester ini cukup lama dan bisa dirumah sebulan lebih. Tapi gak kerasa sudah harus balik ke Jogja hari sabtu besok. Hmm.. padahal masih kangen rumah dan banyak kegiatan disini. Palagi bertepatan 17 agustus, acara dikampung cukup banyak ini dari hari ke hari, hehe.

Meskipun kuliah masih awal September, yasudahlah balik dulu ke Jogja cz harus tanggungjawab sudah bersedia jadi panitia ospek mahasiswa baru.

Sebelum balik, hari ini gewe kegiatannya beres-beres rumah. Mulai dari ngepel seluruh ruangan, nyuci sepre, nata barang-barang dikamar, bersihin kaca rumah, dsb. Maklum mau ditinggal lama rumah harus bersih :D (kayak dirumah gak ada orang aja). Ntar malam dilanjut nyicil packing lah cz aku paling gak suka ngapa2 in ndadak. Termasuk untuk urusan packing.

Sebelum balik Jogja, ada banyak harapan buat semester lima. Semoga bisa lebih dan lebih baik dari semester-semester sebelumnya. Target-target yang diinginkan semoga terwujud. Amin :) 

Tes Keprawanan

      Beberapa hari ini, lagi-lagi para pemerintah khususnya Pemda Prabumulih, Sumsel melempar isu yang cukup menyita perhatian publik. Isu tersebut yakni Tes Keprawanan bagi siswa SMA. Menurut beberapa berita yang beredar, rencana tersebut akibat sebuah complain dari wali murid SMA yang mengeluh anaknya tidak perawan dan ada beberapa video remaja SMA yang bermesraan di jalanan. Berangkat dari itu usulan Tes Keprawanan tersebut dibuat. Padahal untuk melakukan tes itu dibutuhkan biaya yang cukup tinggi per orang. Apalagi untuk beratus-ratus orang (siswa), berapa biayanya??

     Disini saya menjadi bingung dan bertanya-tanya kenapa penyelesaian masalah yang notabenya berhubungan dengan moral siswa harus dilakukan dengan cara tersebut. Bila dilihat dampaknya jika peraturan itu terlaksana bisa saja :

Pertama, ketika seorang siswi dinyatakan tidak perawan dan tidak dapat mengenyam pendidikan bukankah akan melanggar hak asasi dari siswi tersebut yakni hak memperoleh pendidikan. Seperti yang tertuang dalam undang-undang dasar, setiap warga Negara berhak memperoleh pendidikan yang layak.

Kedua, peraturan tersebut kurang fair. Kenapa hanya siswa perempuan yang melakukan tes, seharusnya siswa laki-laki juga melakukan tes keperjakaan misalnya. Salah satu pernyataan narasumber di TV (lupa namanya) bahwa dari beberapa survey menunjukan siswa laki-laki mendominasi lebih banyak mengkonsumsi hal-hal yang berbau negatif tersebut.

Ketiga, bagaimana perasaan orang tua maupun diri siswi itu sendiri ketika dinyatakan tidak perawan. Bagiamana tanggapan lingkungan sekitar mengenai hal tersebut yang mana secara tidak langsung mengganggu aspek psikologis yang bersangkutan.

     Disini saya bukanya setuju atau mendukung hal-hal negatif berkembang di masyarakat  atau para siswa. Melainkan menurut saya, penyelesaian dengan cara tersebut kurang tepat untuk menyelesaiakan masalah dari akarnya. Sekolah memang wajib mendidik para siswanya untuk memiliki akhlak dan moral yang baik, misalnya melalui pendidikan agama.

      Namun, tanggungjawab tersebut tidak hanya dilakukan oleh pihak sekolah saja. Keluarga juga mempunyai peran yang paling penting untuk mendidik perkembangan sang anak. Sesibuk apapun, orangtua wajib memantau dan mengetahui apa saja yang dilakukan sang anak. Bukan berarti anak tidak mempunyai privasi tetapi untuk mencegah hal-hal buruk terjadi. Mengingat usia remaja tergolong masih labil. Selain itu, masyarakat sekitar juga harus berperan dalam mencegah ataupun memperingati jika terdapat remaja (siswa) yang melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. 

Ada status teman yang bikin ngakak juga nih : "Amerika udah sampe Mars, endonesa masih berkutat di selakangan :v" :D

Selasa, 20 Agustus 2013

Wedding Dress

            Sebelum membaca, perlu diketahui kata “Wedding Dress” disini bukan berarti aku bakalan cerita tentang percintaan, pasangan kekasih mau nikah, dsb.  Tapi merupakan suatu judul film Korea yang menurutku sangat recommended buat ditonton. Gila.. ceritanya bener-bener mengharukan bet. Sebuah film yang menceritakan perjuangan seorang ibu buat nyenengin anaknya di saat detik-detik terakhir sebelum ia meninggal.


            Ceritanya berawal dari seorang ibu yang single parent bekerja sebagai desaigner baju pengantin. Awalnya, kehidupan berjalan lacar dan penuh canda tawa dengan anak satu-satunya yang sangat mengemaskan. Namun, karena kebiasaan si ibu makan pedas-pedas dan daging mentah kalau gak salah. Maka mulai lah penyakit itu datang.


            Anaknya bernama Jang So-Ra dan ibunya bernama Seo Go-Woon. So-Ra merupakan anak yang cerdas namun sulit bergaul dengan teman-temanya. Ia sering ditinggal sendiri oleh sang ibu yang sibuk bekerja. Tapi setelah vonis itu datang, ibunya selalu meluangkan waktu dengan sang anak dan tetap memperlihatkan wajah yang ceria. Suatu ketika, ibunya pingsan hingga harus dirawat rumah sakit. So-Ra meskipun masih kecil sudah merasa bahwa ibunya akan meninggal. Dia kemudian mempunyai ide untuk mengabulkan keinginan ibunya meskipun itu merupakan hal yang ia benci. Akhirnya ia bisa mewujudkan dengan bisa berteman dengan banyak orang dan bisa menari ballet.


         Sayangnya, ketika keinginan itu terwujud ibunya kemudian meninggal. Tak lupa, sebelum meninggal ibunya juga telah menyiapkan sebuah desain khusus wedding dress untuk Sora kelak. Kata-kata akhir So-Ra yang menyentuh :

Ibu sayang
Aku senang sekali menjadi puterimu
Maaf, aku mengeluh soal masakanmu yang tak enak
Dan juga karena kau terlalu sibuk sehingga tak bisa main denganku
Tapi kau yang paling kucintai di dunia ini
Ibu, kau sakit?
Biar aku saja yang menggantikanmu
Ibu, aku akan cuci piring dan membersihkan kamar. Juga memasak
Ibu tak perlu bekerja lagi.
Bisakah ibu tinggal bersamaku selamanya?
Ibu,,,
Kau adalah yang terbaik
Aku menyayangimu


 



Sekedar ngasih tahu aja, gewe gak terasa udah nonton film ini sampai tiga kali dan cengengnya tiga kali itu juga mesti sampai nangis. Oh God!!!


Minggu, 18 Agustus 2013

Plat-N

Kali ini pingin sedikit cerita mengenai suatu komunitas yang bernama “PLAT-N”. Komunitas tersebut terdiri dari perkumpulan anak-anak malang yang menempuh pendidikan tinggi di Yogyakarta. Kami berasal dari berbagai SMA baik yang ada di kabupaten atau kota di Malang. Nama Plat-N di ambil karena plat kendaraan kota malang adalah N, jadi diberi nama Plat-N. Eits, kayaknya ada yang janggal. Bukanya pasuruan, probolinggo, lumajang plat nya juga N. #??

Okelah tak usah ribut masalah nama. Mungkin suatu saat ada acara ruwatan nama :P, yang pasti kita berkumpul bukannya tanpa maksud dan tujuan. Selain buat ajang silaturahmi arek-arek malang, kami juga memiliki banyak kegiatan bersama. Ada camping, munggah gunung, buber, baksos, ngepit (sepedaan bahasa malangane), sesi curhat-curhatan, sosialisasi, dan masih banyak lagi. Yah, meskipun kadang aku juga absen gak ikut, hehe. Tapi semester depan insyallah slalu hadir. 
@ Sundak Beach
Uniknya dalam komunitas ini ketika kumpul di Jogja serasa tetap di Malang. Gimana tidak, logatnya rek podo di tokne :D padahal sehari-hari di kampus kebanyakan pakai bahasa persatuan bahasa Indonesia. Kalau gak begitu mana pada bisa komunikasi jika para mahasiswa pakai bahasa daerah masing-masing (sunda, jawa, padang, ngapak, dsb). O_o

Saat baksos
Pokoke PlatN keren dah! Semoga semakin banyak kegiatan, hubungan antar anggota semakin erat, semakin sukses, jaya selalu Plat-N. :D

Satu lagi, kalau boleh minta satu usulan, di adain lah komunitas alumni Plat-N. Itung-itung buat saling tukar informasi mengenai apapun. Amin :)


 
Ngepit 


Bluder party :p

  

Politik Pendidikan

"Politik Pendidikan"
Paulo Freire


Filsafat Freire bertolak dari kehidupan nyata bahwa sebagian besar orang banyak yang menderita dan sebagian kecil justru menikmati jerih payah orang lain dengan cara tidak adil. Sehingga menimbulkan situasi yang disebut Freire “penindasan” yang mana mendustai hakekat keberadaan manusia dengan cara menindas sesamanya. Meskipun kenyataan tersebut selalu terjadi sepanjang sejarah namun bukan berarti menjadi keharusan. Secara dialektis, kenyataan tidak mesti menjadi keharusan. Jika kenyataan menyimpang dari keharusan, maka menjadi tugas manusia untuk merubahnya agar sesuai dengan apa yang seharusnya. Itulah fitrah manusia sejati. Manusia menjadi bebas atas dirinya sendiri. Itu merupakan tujuan akhir dehumanisasi Paulo Freire.

Berangkat dari hal tersebut, Freire kemudian merumuskan gagasan tentang hakekat pendidikan. Menurutnya, pendidikan selama ini diibaratkan seperti “bank”. Anak didik adalah obyek investasi dan sumber deposite. Investornya adalah para guru yang mapan dan berkuasa. Depositornya adalah ilmu pengetahuan yang diajarkan. Anak didikpun diperlakukan sebagai “bejana kosong” yang akan diisi dan akan dipetik kelak. Pendidikan akhirnya bersifat negatif dimana guru memberi informasi yang harus ditelan murid, yang wajib diingat dan dihafalkan. 

Salah satu contoh pendidikan “gaya bank” : guru berfikir, murid dipikirkan; guru bicara, murid mendengarkan; guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa-apa,dsb. System pendidikan tersebut akhirnya menyebabkan manusia tercabut dari realitas dirinya sendiri, karena ia telah menjadi seperti orang lain bukan menjadi dirinya sendiri. 

Manusia hanya menjadi penonton bukan pencipta, sehingga meskipun ada revolusi paling revolusionerpun tetapi digerakan oleh orang-orang dengan system pendidikan yang sama maka hanya akan menggantikan symbol-simbol dan mitos-mitos lama. Kemudian, Freire menciptakan suatu formulasi filsafat pendidikan yang dinamakan “pendidikan kaum tertindas” yakni untuk pembebasan bukan untuk penguasaan. Pendidikan bertujuan menggarap realitas manusia dan secara metodologis bertumpu pada prinsip bertindak untuk merubah kenyataan yang menindas dan terus menerus menumbuhkan kesadaran akan realitas dan hasrat untuk merubah kenyataan yang menindas tersebut.

Prinsip “praxis” menjadi kerangka dasar system dan metodologi pendidikan Freire. Setiap waktu, pendidikan ini merangsang kearah diambilnya suatu tindakan, kemudian tindakan tersebut direfleksikan kembali dan refleksi itu diambil tindakan baru yang lebih baik. Demikian seterusnya. Jadi, keduanya (murid dan guru) saling belajar satu sama lain. Guru mengajukan bahan untuk dipertimbangkan oleh murid dan pertimbangan guru sendiri diuji kembali setelah dipertemukan dengan pertimbangan murid-murid, sebaliknya.

Kemudian, langkah awal pendidikan Freire yakni proses penyadaran yang terus-menerus.  Jika seseorang sudah mampu mencapai tingkat kesadaran kritis terhadap realitas, maka orang tersebut masuk dalam proses pengertian bukan menghafal semata. Orang mengerti bukan orang yang menghafal, karena ia menyatakan sesuatu berdasarkan “kesadaran”, sedangkan orang menghafal, mengatakan sesuatu secara mekanis tanpa perlu sadar apa yang dikatakanya, darimana dan untuk apa ia menyatakan hal tersebut. 

Pengalaman dan dialog dengan petani miskin, Freire menyusun konsep pendidikan melek huruf menggunakan perbendaharaan kata-kata yang digali dari berbagai “tema pokok”. Konsep ini terdiri dari tiga tahapan : tahap kodifikasi dan dekodifikasi (melalui gambar, cerita rakyat, dll), tahap diskusi kultural (satuan kelompok kerja kecil yang problematis dengan menggunakan kata-kata kunci), dan tahap aksi kultural (tindakan praksis dimana setiap orang atau kelompok menjadi bagian langsung dari realitas).

Dalam pendidikan humanis, kita otomatis mengetahui dengan pasti kapasitas kita untuk mengetahui atau mencptakan ilmu pengetahuan baru. Selain itu, kita mengapresiasi apa yang masih belum diketahui. Ilmu pengetahuan saat ini dipelajari banyak orang, dulunya juga berasal dari semangat ini yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan baru. Pendidikan humanis memberikan kebebasan luas untuk berfikir kritis, semakin banyak kritik yang dilontarkan,, kelompok dominan akan semakin memperketat penjagaan terhadap keamanan dirinya. Semuanya harus diberangus tanpa kecuali, karena setiap perkecualian mempunyai kemungkinan manjadi ancaman bagi kesucian struktur sosial yang sudah terbangun rapi. 

Salah satu penghalang kekritisan manusia adalah mistifikasi yakni adanya kontradiksi antara aksi dan pilihan hidup kebanyakan orang. Misalnya, banyak dosen yang melakukan analisis bagaimana sampai terjadi penindasan namun mereka justru terus-menerus menahan mahasiswa dengan cara represif. 


Sabtu, 17 Agustus 2013

Praktikum 1

Tim Praktikum :)
Mendengar istilahnya aja udah agak ngeri mungkin ya. Seperti sebuah tes layaknya ujian nasional. Namun ini berbeda dari UN (ya iyalah kuliah masak sama kayak sekolah :-s).

Oke guys, pertama-tama ane jelasin dulu apa itu praktikum 1? Suatu kegiatan rutin yang diselenggarakan di jurusanku. Biasanya praktikum 1 di adain di luar Yogja. Tujuannya sih biar tahu juga kondisi lapangan di daerah lain. Kegiatan yang dilaksanakan adalah melakukan penelitian kuantitatif yakni menguji teori.

Selama satu semester kita di gembleng buat nyiapin si praktikum itu. Awalnya, di bentuk kelompok 5-6 orang perkelompok. Selanjutnya masing-masing membuat proposal penelitian. Kemudian di presentasiin dan dipilih satu buat jadi pemenang. Proposal yang menang nantinya digunakan sebagai panduan dalam penelitian dengan beberapa yang disempurnakan kembali.

Sekilas terlihat enak dan lancar-lancar saja namun dibalik itu semua hoammm…capek, sempat jenuh, menguras energi/ kocek dompet/ emosi, dsb. Gimana tidak seperti itu, wong baru pertama ngelakuin sebuah penelitian yang cukup detail. Padahal bekal kita buat melakukan masih kurang. Example: penyampaian materi yang kurang detail, dosen pembimbing yang kurang care (oopss) sehingga harus kalang kabut sekelompok. Belum lagi dalam kelompok jika ada yang bermasalah membuat semua jadi terhambat -__-

Udah cukup cerita perjuangannya dan akhirnya proposal yang menang punya kelompok satu yakni cus ke Pulau Dewata (Bali). Wah, luar pulau jelas rogoh kocek dalem-dalem nih apalagi praktikum dilaksanain sekitar seminggu. Seperti kata Bondan: ya sudahlah….
Kita berangkat 1 juli dari Yogja dengan menggunakan bus. Di tengah perjalanan ada sedikit kendala. #mogok

Oke, setelah mogok akhirnya bisa juga nyebrang ke pulau dewata. Sesampai disana langsung mandi, makan, dan pergi ke lapangan. Memang benar kita harus mengetahui kondisi dan adat daerah lain agar pengetahuan kita lebih luas. Ada satu cerita di lapangan yang sedikit lucu :
Mahasiswa      : “permisi bli, mau Tanya rumahnya bli suyatna dimana ya?”
Bli                    : “disini taka ade suyatna, adanya suyatne.”
Tau kan apa maksudnya. Yup, LOGAT! Indonesia memang Negara Plural. Itu hanya logat yang berbeda, belum lainya seperti cara makan, cara bergaul, adat-istiadat, dsb. Dimana semua itu unik. Gak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Justru itu kekayaan kita (Indonesia). Lagian gak lucu kalau semua hal sama :O boring gak sih broo.

Persiapan menuju desa sukawati, gianyar


Suasana koding 
Next.
Ke lapangan udah. Kemudian menuju hotel dan siap bantai-bantaian (katanya) pas koding. Oke, ternyata benar tapi menurutku itu gak penting. Kita disini sama-sama belajar, ada yang salah ya wajar tapi gak usah terlalu berlebih kalau menghukum/mengingatkan. Toh kita sama-sama capek seharian penuh aktivitas hingga subuh belom tidur.

Anggap aja bagian-bagian praktikum udah selesai. Eh, satu lagi laporan yang harus di kerjakan sesampai di yogja. Tapi yasudahlah, yang penting ada seasion jalan-jalan pas di Bali. Itung-itung bayaran dari kemarin-kemarin praktek :D





Goa Pindul

Sebenarnya masih banyak cerita plus uneg-uneg yang pingin segera dikeluarin. Mungkin atu-atu dulu kali ya. Berbeda dengan tulisan-tulisan sebelumnya. Kali ini kita senang-senang dulu. Yeah, travelling!

Beberapa bulan lalu, gewe pergi ke Goa Pindul Yogyakarta. Tak ada rencana sebelumnya buat kesana namun kebetulan menemani sang kang mas buat observasi disana sekaligus wisata :D. Akhirnya, aku dan yang lainnya berangkat dari kampus sekitar jam 9 menuju lokasi. Sesampai disana, mereka membagi tugas buat wawancara. Dan saya hanya sekedar mengikuti :3.

Kebetulan lagi, si kang mas kebagian wawancara pemilik sekaligus guide goa pindul. Jadi sambil menyusuri goa sealigus rafting tidak lupa untuk tanya seputar permasalahan yang ada disana.

Di pintu masuk goa
Perjalanan seru abis. Mulai dari daftar di mbak-mbak penjaga, memakai pelampung, gak berani masuk goa karena gelap, kedinginan, hampir hanyut, laper, foto-foto, teriak-teriak, dan lain-lain dah. I like it J


Setelah wisata dan tugas sudah ditangan, tak lupa kami bergegas pulang. Eits, tunggu dulu kita semua mampir kerumah teman yang dekat dengan daerah wisata. Wah, rizeki banget dapat makan dan camilan-camilan gratis, hehe.

Di dalam goa