Sekitar
beberapa bulan lalu tepatnya pas bulan puasa, kita ceritanya bangun pagi-pagi
buat ngejar kereta tujuan Solo. Alasan mau kesana karena ada titipan untuk
membeli barang di pusat grosir solo (PGS).
![]() |
| PGS |
Kita berangkat dari stasiun
Lempuyangan, Jogja, sekitar pukul 05.30 dan sampai Solo sekitar 06.30. Setelah
bertanya-tanya ternyata PGS buka jam 09.00. Wah gaswat, nunggu berapa jam lagi
ini.
Next,
di samperin lah sama bapak-bapak becak buat keliling di daerah situ. Tepatnya ke
alun-alun, keraton, museum, dan kampung batik. Setelah sedikit berfikir,
akhirnya kita mutusin untuk berkeliling sambil nunggu PGS buka.
Rute
awal di alun-alun. Yah, kesan pertamanya “kok hampir mirip kayak alun-alun
jogja ya?” Cuma bedanya disana agak sepi dan sedikit gersang. Tapi kata bapak
becaknya kalau malam rame apalagi kalau ada event-event tertentu. Satu lagi
yang bikin unik, disana kita ngasih makan Kebo atau bahasa indonesianya Kerbau.
Itu bukan kerbau biasa loh. Ceritanya, dulu ada kebakaran hebat di keraton Surakarta dan gak henti-henti. Tiba-tiba muncul kerbau dan kebakaran itu langsung sirna. Akhirnya raja memerintahkan untuk memelihara kerbau tersebut hingga beranak-pinak sampai sekarang.
Kemudian
kita menuju museum plus keraton Surakarta. Kita melewati beberapa gang setapak
dan perkampungan yang cukup asri dan indah. Tak lupa sebelum melanjutkan
perjalanan kita foto di depan bangunan yang gak asing banget buat semua orang. ini
dia bangunannya (tau kan :) )
Sesampai
di museum ternyata masih tutup. Beruntung pak penjaganya baik, so kita
diperbolehkan masuk. Wow, kesan pertamanya horror banget cz masih sepi. Belum ada
pengunjung lain selain kita berdua. Hanya
terlihat beberapa pegawai yang sedang menyapu. Suasana semakin horror (bagiku)
ketika memasuki ruangan demi ruangan yang sedikit gelap dan hanya diterangi
lampu yang berwarna kuning itu.
Eits,
tiba-tiba ada bapak-bapak yang manggil. “Mas, mbak, jangan keliling museum
dulu. Lebih baik lihat keraton dulu di belakang. Tapi kebetulan masih
dibersihkan dan jangan lupa yang pakai sandal harus di lepas.” Oh, iya pak,
jawab kami.
Setelah itu, mulai deh satu persatu
ruangan, benda, dll yang ada di museum kita lihat satu persatu.
Ada sesuatu yang agak aneh ketika
melewati kereta. Tiba-tiba ada bunyi entah berasal darimana. Padahal tidak ada
satu orangpun kecuali kita di ruangan tersebut. OMG. -,-
Hah, akhirnya habis tegang-tegang. Saatnya
kita meluncur ke kampung batik. Haduh, tuh kan jadi kebimbang mau beli apa aja.
Habis harganya cukup miring. Padahal di PGS katanya juga tak kalah miring harganya.
Oke, acara milih-milih batik selesai. Kita langsung cus ke PGS.
Suasana disana cukup ramai dan padat.
Di tambah lagi si Syafril lupa letak toko yang harus di samperin. Walhasil,
kita naik turun tangga dan keliling mencari. Sampai-sampai badan bener-bener
lemas capek. Yes, akhirnya ketemu juga tokonya dan langsung buru-buru beli. Tak
lupa beli buat kita berdua juga. (y)
Dari PGS kita nge-becak lagi buat ke
stasiun. Kali ini kita naiknya dari stasiun Balapan Solo. Wah, stasiun yang di
lagu-lagu itu. Baru pertama kali gewe ke stasiun ini, hehe. Sampai dalam kereta
agenda selanjutnya adalah…Teparrr…
Bye Solo....




































