Beberapa
hari ini, lagi-lagi para pemerintah khususnya Pemda Prabumulih, Sumsel melempar
isu yang cukup menyita perhatian publik. Isu tersebut yakni Tes Keprawanan bagi
siswa SMA. Menurut beberapa berita yang beredar, rencana tersebut akibat sebuah
complain dari wali murid SMA yang mengeluh anaknya tidak perawan dan ada beberapa
video remaja SMA yang bermesraan di jalanan. Berangkat dari itu usulan Tes
Keprawanan tersebut dibuat. Padahal untuk melakukan tes itu dibutuhkan biaya
yang cukup tinggi per orang. Apalagi untuk beratus-ratus orang (siswa), berapa
biayanya??
Disini
saya menjadi bingung dan bertanya-tanya kenapa penyelesaian masalah yang
notabenya berhubungan dengan moral siswa harus dilakukan dengan cara tersebut.
Bila dilihat dampaknya jika peraturan itu terlaksana bisa saja :
Pertama, ketika
seorang siswi dinyatakan tidak perawan dan tidak dapat mengenyam pendidikan
bukankah akan melanggar hak asasi dari siswi tersebut yakni hak memperoleh
pendidikan. Seperti yang tertuang dalam undang-undang dasar, setiap warga Negara
berhak memperoleh pendidikan yang layak.
Kedua,
peraturan tersebut kurang fair. Kenapa hanya siswa perempuan yang melakukan
tes, seharusnya siswa laki-laki juga melakukan tes keperjakaan misalnya. Salah
satu pernyataan narasumber di TV (lupa namanya) bahwa dari beberapa survey
menunjukan siswa laki-laki mendominasi lebih banyak mengkonsumsi hal-hal yang
berbau negatif tersebut.
Ketiga,
bagaimana perasaan orang tua maupun diri siswi itu sendiri ketika dinyatakan
tidak perawan. Bagiamana tanggapan lingkungan sekitar mengenai hal tersebut
yang mana secara tidak langsung mengganggu aspek psikologis yang bersangkutan.
Disini
saya bukanya setuju atau mendukung hal-hal negatif berkembang di
masyarakat atau para siswa. Melainkan menurut
saya, penyelesaian dengan cara tersebut kurang tepat untuk menyelesaiakan
masalah dari akarnya. Sekolah memang wajib mendidik para siswanya untuk memiliki
akhlak dan moral yang baik, misalnya melalui pendidikan agama.
Namun, tanggungjawab tersebut tidak hanya
dilakukan oleh pihak sekolah saja. Keluarga juga mempunyai peran yang paling
penting untuk mendidik perkembangan sang anak. Sesibuk apapun, orangtua wajib
memantau dan mengetahui apa saja yang dilakukan sang anak. Bukan berarti anak
tidak mempunyai privasi tetapi untuk mencegah hal-hal buruk terjadi. Mengingat usia
remaja tergolong masih labil. Selain itu, masyarakat sekitar juga harus
berperan dalam mencegah ataupun memperingati jika terdapat remaja (siswa) yang
melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.
Ada status teman yang bikin ngakak juga nih : "Amerika udah sampe Mars, endonesa masih berkutat di selakangan :v" :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar